Siapa yang
tak kenal Ibu Kartini? Puteri Indonesia yang mempelopori persamaan hak bagi
wanita Indonesia untuk menempuh pendidikan yang sama dengan kaum pria. Akibat
perjuangan beliau, kini perempuan memiliki hak yang sama untuk belajar dan
memperoleh pendidikan, baik dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tak
heran jika kini banyak wanita yang memiliki pekerjaan setara dengan kaum pria,
termasuk wanita-wanita tangguh ini:
a. Ir. Dyah
Murtiningsih, M.Hum
b. Yustina
Artati, M.Sc
c. K. Fajar
Wianti, S.Hut.,M.Sc
d. Karmila
Parakkasi, S.Hut., M.Sc
Dalam kesempatan yang masih
memperingati hari kartini, Bagian Minat Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas
Kehutanan UGM mengundang alumni Fakultas Kehutanan yang kini telah berkiprah di
bidang Konservasi dalam sebuah dialog yang berjudul Kartini-Kartini Konservasi.
Keempat narasumber yang hadir pada dialog tersebut merupakan beberapa wanita
hebat yang dapat menjadi cerminan bagi mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan
Fakultas Kehutanan UGM, khususnya bagi mahasiswi Minat Konservasi SDH 2014.
Acara ini bertujuan untuk memotivasi mahasiswa KSDH yang sebagian besar
didominasi oleh wanita, agar dapat melihat peran wanita di bidang Konservasi.
Dialog
Kartini-Kartini Konservasi dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014 dan
bertempat di Ruang Multimedia Fakultas Kehutanan UGM. Acara dibuka dengan
berdoa oleh Diani Nuswantari, sebelum kemudian dilanjutkan dengan sambutan yang
disampaikan oleh Ketua FORESTATION 2014 Wisnu Bahtiar Mar’i, Bapak Ali Imron
selaku Sekertaris Bagian Konservasi Sumber Daya Hutan, serta Bapak Sigit selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Setelah itu
Dialog dipimpin oleh Citra Siagan sebagai moderator.
Dalog Sesi pertama disampaikan oleh Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum yang kini
menjabat sebagai Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Alumnus Fakultas
Kehutanan UGM, 1987 itu menyampaikan bahwa kini 16% SDM yang bekerja di
Kementrian Kehutanan telah diisi oleh wanita. Presentase ini semakin meningkat
selama beberapa tahun terakhir dan menunjukan bahwa wanita kini menunjukan
kemampuan dan keahliannya dalam bidang ini. Tantangan yang dihadapi ketika
bekerja dalam dunia konservasi umumnya adalah lokasi yang jauh dari keluarga
serta terjadinya benturan antara masyarakat daerah dengan pemerintah. Namun,
tantangan ini dapat dihadapi dengan membangun sikap semangat dan komitmen yang
tinggi, disertai dengan peningkatan kompetensi, membangun jaringan yang luas juga
selalu mengevaluasi terhadap diri sendiri.
Dialog yang kedua disampaikan oleh Ibu Yustina Artati,
M.sc. yang sekarang telah bekerja di CIFOR. Meskipun dialog disampaikan melalui
Skype, peserta dialog yang hadir tetap antusias dalam memperhatikan diskusi.
Beliau menyampaikan bahwa seorang mahasiswa konservasi harus mampu menjalin
relasi dan tidak hanya terpaku pada kuliah namun juga harus mampu
bersosialisasi. Pengalaman yang luas misalnya magang juga dapat menunjang
prospek di bidang konservasi kedepannya, selain itu perlu pengembangan diri
dalam bidang lain disamping bidang kehutanan (Bahasa, teknologi, sosial misalnya).
Dialog yang ketiga diisi oleh mbak Karmila Parakkasi
s.Hut. Mbak Karmila ini kini telah bekerja sebagai Peneliti Harimau Sumatera di
WWF Indonesia (Tiger Survey and Monitoring Coordinator). Ia menyampaikan
bagaimana seorang mahasiswa bersikap terhadap permasalahan yang dihadapi
seorang forester. Karena itu ada
syarat-syarat yang diperlukan untuk
bekerja di hutan, diantaranya : harus memiliki niat dan rasa penasaran, mempunyai mental
yang kuat, mampu bersikap kritis, dan masih banyak lagi. Mbak Karmila juga
menyampaikan ketika kita mendapat banyak ilmu, seharusnya banyak pula publikasi yang dilakukan untuk membagi ilmu
tersebut. Maka seorang mahasiswa atau mahasiswi kehutanan seharusnya bida dan
mampu untuk lebih dari sekedar kuliah. Misalnya berorganisasi, menjadi
sukarelawan, mampu membangun dan manfaatkan jaringan, besikap kritis dan
kreatif, rajin menulis, punya rencana dan target,bisa magang, ataupun mengikuti training tertentu.
Selanjutnya
dialog diisi oleh Ibu Fajar Wianti, S. Hut., M.Sc. yang merupakan dosen
Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Beliau menyampaikan bahwa kini mahasiswa di
Fakultas Kehutanan memang hampir seimbang antara perempuan dan laki-laki. Hal
ini membuktikan bahwa perempuan kini memiliki kemampuan yang tidak kalah
dibandingkan dengan laki-laki, bahkan perstasi akademik juga cukup
membanggakan.Karena itu tak heran jika kini banyak muncul ilmuan wanita. Belai
juga berharap semoga kedepanya ilmu-ilmu yang dimiliki bisa terus dikembangkan
dan ditularkan pada orang lain agar lebih bermanfaat.
Meskipun
khususnya acara ini ditujukan bagi mahasiswi KSDH 2014, namun banyak pula
peserta dialog yang datang selain mahasiswa KSDH yaitu dari LEM (Lembaga
Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Kehutanan UGM, IFSA (International Forestry
Student Asociation), serta Mahasiswa General Forestry 2013. Selain seru dan menarik, acara ini sangat
bermanfaat. Kita tunggu diskusi selanjutnya ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar