Minggu, 18 Mei 2014

KARTINI-KARTINI KONSERVASI

Siapa yang tak kenal Ibu Kartini? Puteri Indonesia yang mempelopori persamaan hak bagi wanita Indonesia untuk menempuh pendidikan yang sama dengan kaum pria. Akibat perjuangan beliau, kini perempuan memiliki hak yang sama untuk belajar dan memperoleh pendidikan, baik dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Tak heran jika kini banyak wanita yang memiliki pekerjaan setara dengan kaum pria, termasuk wanita-wanita tangguh ini:
a. Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum

b. Yustina Artati, M.Sc
c. K. Fajar Wianti, S.Hut.,M.Sc

d. Karmila Parakkasi, S.Hut., M.Sc

            Dalam kesempatan yang masih memperingati hari kartini, Bagian Minat Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan UGM mengundang alumni Fakultas Kehutanan yang kini telah berkiprah di bidang Konservasi dalam sebuah dialog yang berjudul Kartini-Kartini Konservasi. Keempat narasumber yang hadir pada dialog tersebut merupakan beberapa wanita hebat yang dapat menjadi cerminan bagi mahasiswa Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan UGM, khususnya bagi mahasiswi Minat Konservasi SDH 2014. Acara ini bertujuan untuk memotivasi mahasiswa KSDH yang sebagian besar didominasi oleh wanita, agar dapat melihat peran wanita di bidang Konservasi.
Dialog  Kartini-Kartini Konservasi dilaksanakan pada tanggal 29 April 2014 dan bertempat di Ruang Multimedia Fakultas Kehutanan UGM. Acara dibuka dengan berdoa oleh Diani Nuswantari, sebelum kemudian dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan oleh Ketua FORESTATION 2014 Wisnu Bahtiar Mar’i, Bapak Ali Imron selaku Sekertaris Bagian Konservasi Sumber Daya Hutan, serta Bapak Sigit selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Setelah itu Dialog dipimpin oleh Citra Siagan sebagai moderator.
Dalog Sesi pertama disampaikan oleh  Ir. Dyah Murtiningsih, M.Hum yang kini menjabat sebagai Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. Alumnus Fakultas Kehutanan UGM, 1987 itu menyampaikan bahwa kini 16% SDM yang bekerja di Kementrian Kehutanan telah diisi oleh wanita. Presentase ini semakin meningkat selama beberapa tahun terakhir dan menunjukan bahwa wanita kini menunjukan kemampuan dan keahliannya dalam bidang ini. Tantangan yang dihadapi ketika bekerja dalam dunia konservasi umumnya adalah lokasi yang jauh dari keluarga serta terjadinya benturan antara masyarakat daerah dengan pemerintah. Namun, tantangan ini dapat dihadapi dengan membangun sikap semangat dan komitmen yang tinggi, disertai dengan peningkatan kompetensi, membangun jaringan yang luas juga selalu mengevaluasi terhadap diri sendiri.
Dialog yang kedua disampaikan oleh Ibu Yustina Artati, M.sc. yang sekarang telah bekerja di CIFOR. Meskipun dialog disampaikan melalui Skype, peserta dialog yang hadir tetap antusias dalam memperhatikan diskusi. Beliau menyampaikan bahwa seorang mahasiswa konservasi harus mampu menjalin relasi dan tidak hanya terpaku pada kuliah namun juga harus mampu bersosialisasi. Pengalaman yang luas misalnya magang juga dapat menunjang prospek di bidang konservasi kedepannya, selain itu perlu pengembangan diri dalam bidang lain disamping bidang kehutanan (Bahasa, teknologi, sosial misalnya).
Dialog yang ketiga diisi oleh mbak Karmila Parakkasi s.Hut. Mbak Karmila ini kini telah bekerja sebagai Peneliti Harimau Sumatera di WWF Indonesia (Tiger Survey and Monitoring Coordinator). Ia menyampaikan bagaimana seorang mahasiswa bersikap terhadap permasalahan yang dihadapi seorang forester. Karena itu ada syarat-syarat yang diperlukan untuk  bekerja di hutan, diantaranya : harus memiliki  niat dan rasa penasaran, mempunyai mental yang kuat, mampu bersikap kritis, dan masih banyak lagi. Mbak Karmila juga menyampaikan ketika kita mendapat banyak ilmu, seharusnya banyak pula  publikasi yang dilakukan untuk membagi ilmu tersebut. Maka seorang mahasiswa atau mahasiswi kehutanan seharusnya bida dan mampu untuk lebih dari sekedar kuliah. Misalnya berorganisasi, menjadi sukarelawan, mampu membangun dan manfaatkan jaringan, besikap kritis dan kreatif, rajin menulis, punya rencana dan target,bisa  magang, ataupun mengikuti training tertentu.
 Selanjutnya dialog diisi oleh Ibu Fajar Wianti, S. Hut., M.Sc. yang merupakan dosen Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. Beliau menyampaikan bahwa kini mahasiswa di Fakultas Kehutanan memang hampir seimbang antara perempuan dan laki-laki. Hal ini membuktikan bahwa perempuan kini memiliki kemampuan yang tidak kalah dibandingkan dengan laki-laki, bahkan perstasi akademik juga cukup membanggakan.Karena itu tak heran jika kini banyak muncul ilmuan wanita. Belai juga berharap semoga kedepanya ilmu-ilmu yang dimiliki bisa terus dikembangkan dan ditularkan pada orang lain agar lebih bermanfaat.

            Meskipun khususnya acara ini ditujukan bagi mahasiswi KSDH 2014, namun banyak pula peserta dialog yang datang selain mahasiswa KSDH yaitu dari LEM (Lembaga Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Kehutanan UGM, IFSA (International Forestry Student Asociation), serta Mahasiswa General Forestry 2013.  Selain seru dan menarik, acara ini sangat bermanfaat. Kita tunggu diskusi selanjutnya ya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar